Kembali Terbit #OPINI 1


Kembali Terbit Popularitas bak dewa yang manusia modern berlomba-lomba menghamba kepadanya. Eksistensi duniawi seakan hal mutlak yang wajib dimiliki setiap manusia. Mengejar puji-pujian yang sedetik duatik saja.

Eksistensi yang berlebihan, lupa akan hakikat dari Tuhan yang berfirman kepada hamba-hamba sejatinya agar senantiasa tawadhu' kepada-Nya. Esesensi kebertuhanan inilah yang harus dipegang teguh di ganasnya badai perkembangan zaman. Yang tak bisa bertahan? Lenyap sudah... Tenggelam dan hilang.

Mentari akan kembali terbit dari timur, musim hujan akan tiba, selanjutnya dengan kemaraunya. Tanpa popularitasmu, ia akan tetap terbit dari timur, akan datang hujan dan akan datang kemarau. Tak ada efek kehadiran eksistensimu untuknya. Karena zaman tidak membutuhkan kehadiranmu. Hanya manusia yang hidup untuk singkatnya dunia yang membutuhkanmu, itupun tak lama, sedetik dua detik mungkin.

Mentari akan tetap bersinar, hujan akan tetap turun, kemarau pun akan tiba, walaupun tanpa kehadiranmu.

Semesta akan tetap ada, kehidupan akan tetap mengalir, bagai mentari yang masih mau menyinari bumi.

Ada subtansi kehidupan yang harus dipegang teguh di ganasnya badai perkembangan zaman, yaitu "iman" kepada Allah Swt., sesuatu yang harus di yakini dalam hati di ucapkan denagn lisan dan di amalkan dengan perbuatan. Menta'ati apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang di larang. Dan paling berharga daripada milyaran ton berlian.

Hal yang harus benar-benar dipegang, untuk keslamatan di yaumul mizan (hari pertimbangan). Popularitas dunia bak sejarah indah yang menyampah. Tak ada guna dan fungsi untuk di banggakan. Hanya amal dan iman yang dapat menyelamatkan.

Hai teman… Dunia ini tak selamanya ada, kehidupan ini takkan berlangsung lama, semua yang ada didalam nya akan lenyap semua. Tiada guna mengejar dunia dan seisinya, semua akan menjadi sampah di yaumul mizan sana. Alam setelah dunia, alam yang kehidupan kekal didalamnya, yang tak terbatas masanya. Antara Surga dan Neraka.
Mudah sebenarnya mebedakan mana yang salah dan baik untuk dikejar dan dilakukan untuk keslamatan kelak. Pasti kita semua juga sudah tahu menahu soal itu, hanya saja inkonsistenan prinsip hidup yang menjadi soal.

Prinsip hidupmu untuk apa? Untuk siapa? Bagaimana bentuknya?


Nuuun Wal Qolami Wamaa Yasthuruun


Posting Komentar

0 Komentar